Bisnis, Jakarta - Menteri Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Bambang Brodjonegoro, bercerita tentang kesukaannya terhadap pelajaran sejarah Indonesia saat menjadi pembicara dalam diskusi tentang peran generasi milenial dalam perjuangan Indonesia. Di hadapan ratusan mahasiswa, Bambang membeberkan sosok pahlawan masa kini.

"Waktu saya duduk di bangku SD sampai SMP, mata pelajaran favorit saya adalah sejarah. Jadi saya cukup hapal segala perjalanan sejarah Indonesia," kata Bambang di Perbanas Institute, Jakarta Selatan, Sabtu, 12 November 2016.

Dalam memperingati hari pahlawan, Bambang membagi kata kunci pahlawan berdasarkan periode waktunya. Pada zaman dahulu, pahlawan adalah orang yang berkaitan dengan memperjuangkan kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pahlawan saati itu mengorbankan darah dan air matanya untuk melawan penjajah.

Sementara pada era 1949 hingga 1960-an, pahlawan adalah mereka yang tetap menjaga keutuhan NKRI. Saat itu, kata dia, banyak kelompok-kelompok yang berusaha melakukan separatis. Saat itu, pahlwan adalah yang menjaga dan mempertahankan NKRI.

Bambang melanjutkan konteks pahlawan sejak orde baru hingga saat ini ancamannya sudah berbeda, yakni globalisasi. Artinya, dengan begitu Indonesia akan lebih mudah terekspos dengan mudah dengan negara lain. Padahal, persaingan antar negara sudah terekspos sejak dulu, namun mereka masih terkotak-kotak dan tertutup. "Ekspor impor sudah banyak, tapi masih banyak batasan," kata Bambang.

Namun, setelah globalisasi, Bambang mengajak masyarakat Indonesia harus berpikir bahwa globalisasi akan sangat sulit untuk hilang atau 'no point of return'. Untuk itu, pahlawan masa kini harus berpikir bagaimana Indonesia bisa menang dalam era globalisasi.

"Kalau kita sudah bisa menjaga NKRI sebagai negara yang ekonominya kompetitif, disegani, dan jadi negara yang jadi rujukan, artinya kita sudah berjuang jadi NKRI yang diidamkan," kata Bambang.

Menurut Bambang, setiap warga Indonesia harus bisa melihat sejarah masa lalu. Pahlawan di mata Bambang adalah siapapun yang menginginkan NKRI tetap utuh, besar, dan sejahtera. "Semua orang di sini mudah-mudahan tahu apa yang namanya pahlawan ke depan. Bukan yang ikut perang saja. Jangan berpikir adanya pahlawan supaya ada perang baru," ujar Bambang.

LARISSA HUDA